seniman multitasking - mas farid stevy
13.51
hello guyss jumpa lagi nihh hehe :D di artikel kali ini kita bakalan bahas tentang salah seniman dengan profesi multitasking woowww :D Biar lebih jelas yukk cuss sikatsss :)
Farid Stevy Asta, lelaki kelahiran Gunung kidul 20 Oktober 1982 silam ini merupakan seniman jebolan asal Institut Seni Indonesia yang berada di Yogyakarta. Ia lebih dikenal dengan profesi multitaskingnya, seperti visual artist sekaligus musisi. Selain itu Ia juga berprofesi sebagai Graphic Designer. Semua itu telah Ia jalani semenjak masih kuliah, atau sekitaran tahun 2005, 2 tahun sebelum Ia lulus jenjang S1.
Telah banyak prestasi atau karya yang telah Ia persembahkan kepada khalayak. Salah satunya melalui pameran tunggalnya di berbagai wilayah di Indonesia seperti pada tahun 2013 dengan tema “Bahagia itu Sederhana“, di Kendra Gallery, Bali. Tahun 2012 dengan tema “GDRS GTH” atau godres getih yang artinya tetesan darah, bersama Deus Ex Machine di Jakarta. Tahun 2011 dengan nama “URGNT SLNC URGNT SNDS” bersama Deus Ex Machine kembali, di Bali. Kemudian pada tahun 2008 dengan tema “Dynamic Duos” di Langgeng Gallery Magelang dan berbagai pameran tunggal maupun kelompok lainnya di berbagai kota di Indonesia. Dalam profesinya yang lain sebagai graphic designer pun karya maupun prestasinya tidak kalah mentereng dengan pencapaiannya sebagai visual artist. Tentunya kita tahu dengan logo PT KAI yang sekarang ini di pajang digerbong-gerbong kereta. Dan yang suka dengan makanan keripik singkongnya Mak Icih, tentunya juga tahu dengan logo bergambar nenek tuanya. Logo-logo tersebut adalah hasil karya tangan pemuda berambut gondrong ini. Ia mendapat hadiah sebesar 200 juta rupiah untuk sayembara logo PT KAI dan mengalahkan sekitar 2800 logo lainnya dari desainer di seluruh penjuru nusantara.
Dalam menjalankan pekerjaannya pun, Ia mempartisi menjadi 3 bagian. Yang pertama adalah Visual art, dimana Ia berkarya rupa lalu kemudian berpameran. Yang kedua adalah Graphic Design, dimana Ia berhubungan dengan klien, seperti membuat logo, poster, maupun bentuk grafis lainnya. Pada dua dua bagian ini Ia menjadikannya dalam sebuah tempat yang diberi nama LIBSTUD + LIBCULT sebuah studio desain grafis dan seni rupa. Dan yang ketiga adalah Musisi, dimana Ia juga menukangi sekaligus menjadi vokalis sebuah band indie Jogja yang bernama FSTVLST.
Semua profesinya adalah karya rintisan sendiri, dan jenjang pekerjaannya pun tidak menentu. Di mulai dari Ia membangun portofolio, lewat segala macam pekerjaannya yang dibayar maupun yang tidak. Dari situlah Ia kumpulkan, kemudian dipublish dan bagikan lewat website, blog, maupun jejaring sosial. Karena memang basic studinya adalah DKV (Desain Komunikasi Visual) jadi dalam perjalanan karirnya sudah mempunyai ketrampilan di bidang visual art maupun design. Ia juga mengatakan bahwa kemauan untuk belajar dan move on juga sangat berpengaruh dalam menjalani profesinya. Karena bidang visual, advertisement, dan seni akan terus bergerak baik cepat maupun lambat. Jadi tentunya mau tidak mau kesiapan dalam menghadapi situasi maupun kondisi yang akan terjadi tidak bisa dianggap enteng begitu saja.
Selain itu dalam hal memperoleh kompetensinya Ia juga mengatakan bahwa Ia mempunyai etos “srawung” atau bergaul, lalu kemudian dialog, kemudian cari tahu apapun itu, tidak melulu pada konteks pekerjaan. Dan bagaimana seseorang yang berkarir harus mencintai suatu pekerjaannya. Kemudian belajar membaca dalam konteks yang lebih luas dengan memahami keadaan yang selalu berubah-ubah tentunya. “Dimana ada celah, maka tidak boleh begitu saja disia-siakan, jangan takut gagal, dan harus berani mencoba, toh hidup ini cuman sekali, hehe” imbuhnya.
Selain seni baik rupa, musik maupun desain , Ia juga mempunyai hobi naik scooter, minum kopi, merokok, dan begadang. Karena itu Ia menjuluki dirinya sendiri dengan sebutan “Gulita Benderang” yang artinya dari Gelap Gulita & Terang Benderang. Hobi dan kesehariannya itulah sumber inspirasi Farid yang kemudian ia catat setiap inspirasi yang datang ke sebuah buku kecil yang selalu ia bawa kemana saja. Inspirasi itu yang kemudian ia tulis lagi di buku kecil yang selalu ia bawa ke manapun ia pergi. Potongan kalimat, kata-kata, atau gambar-gambar random mengisi buku kecilnya yang telah melahirkan karya-karya yang berbicara tentang hal-hal sederhana yang jarang diperhatikan oleh kebanyakan orang, tentang kebahagiaan yang sederhana, dan hal-hal yang berlawanan seperti tentang kehidupan yang terlalu rumit, tampak canggih, mutakhir, dan modern, tapi tidak membahagiakan. “Bahagia Itu Sederhana” #BahagiaItuSederhana , kata yang sudah mengglobal itu dibuat oleh seniman ini dengan arti bahwa hal-hal yang sederhana seperti di gendong oleh ibu saat kecil, menang main kelereng, berpapasan dengan pujaan hati, kangen dengan keluarga, semua itu sederhana namun membahagiakan tidak seperti hal yang rumit, hal yang canggih, modern tapi tidak membahagiakan. #salamkreatif Oleh : Muchammad Azmi
0 komentar